Banyuwangi - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, hingga kini terus melakukan kerja sama dengan pemerintah Kanada dalam pengembangan sapi perah. Bahkan utusan Kedutaan Besar Kanada memberikan pelatihan kepada peternak sejak Selasa, 26 Maret 2013, hingga Kamis hari ini, 28 Maret 2013.
Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Banyuwangi, Heru Santoso, mengatakan, pemerintah Kanada juga akan mengundang lima hingga enam peternak sapi perah asal Banyuwangi untuk melihat langsung peternakan sapi dan pengolahan susu di Kanada pada Juli mendatang.
Selain itu, pemerintah Kanada juga akan memberikan bibit sorgum untuk pakan ternak dan hibah pengembangan teknologi informasi bagi peternak. "Jadi nantinya pemerintah Kanada bisa memantau perkembangan sapi perah cukup lewat handphone," kata Heru, Kamis, 28 Maret 2013.
Konsultan Asosiasi Ternak Genetika Kanada, Robert P. Lang, mengatakan, tujuan dilakukan kerja sama dengan pemerintah Banyuwangi adalah meningkatkan pengetahuan peternak tentang bagaimana membudidayakan sapi perah dengan baik.
Menurut Robert, bila budi daya sapi perah dilakukan dengan baik, setiap ekor sapi bisa menghasilkan susu minimal 20-25 liter per hari. Kondisi alam Banyuwangi pun sangat mendukung untuk menghasilkan pakan ternak, terutama rumput, dalam jumlah berlimpah.
Selama ini, kata Robert, produksi susu masih di bawah angka 20 liter per hari akibat cara perawatan yang masih buruk. "Perawatan yang buruk dimulai dari bahan dan cara memberi pakan yang salah," ujarnya.
Saat ini juga sedang dikembangkan budi daya sapi perah, bekerja sama dengan PT Nestle. Hasilnya, populasi sapi perah pada 2012 sebanyak 1.200 ekor dengan produksi susu hingga 90 ribu liter per bulan. Sapi perah lokal diambil dari Malang dan Pasuruan.
Kendati begitu, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi tetap berharap agar pemerintah pusat membuka keran impor sapi. Menurut Heru, awal 2012 lalu, pemerintah Banyuwangi telah mengajukan surat kepada Menteri Pertanian agar Banyuwangi diizinkan mengimpor 300 ekor sapi perah dari Kanada seharga Rp 60 juta per ekor.
Heru menjelaskan, impor sapi dari Kanada bertujuan mendukung budi daya sapi perah di seluruh kecamatan di Banyuwangi. Kanada dipilih karena kualitas sapinya dianggap terbaik. Namun Kementerian Pertanian menolaknya setelah merebak penyakit sapi gila (mad cow) di Amerika Serikat.
sumber: TEMPO
Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Banyuwangi, Heru Santoso, mengatakan, pemerintah Kanada juga akan mengundang lima hingga enam peternak sapi perah asal Banyuwangi untuk melihat langsung peternakan sapi dan pengolahan susu di Kanada pada Juli mendatang.
Selain itu, pemerintah Kanada juga akan memberikan bibit sorgum untuk pakan ternak dan hibah pengembangan teknologi informasi bagi peternak. "Jadi nantinya pemerintah Kanada bisa memantau perkembangan sapi perah cukup lewat handphone," kata Heru, Kamis, 28 Maret 2013.
Konsultan Asosiasi Ternak Genetika Kanada, Robert P. Lang, mengatakan, tujuan dilakukan kerja sama dengan pemerintah Banyuwangi adalah meningkatkan pengetahuan peternak tentang bagaimana membudidayakan sapi perah dengan baik.
Menurut Robert, bila budi daya sapi perah dilakukan dengan baik, setiap ekor sapi bisa menghasilkan susu minimal 20-25 liter per hari. Kondisi alam Banyuwangi pun sangat mendukung untuk menghasilkan pakan ternak, terutama rumput, dalam jumlah berlimpah.
Selama ini, kata Robert, produksi susu masih di bawah angka 20 liter per hari akibat cara perawatan yang masih buruk. "Perawatan yang buruk dimulai dari bahan dan cara memberi pakan yang salah," ujarnya.
Saat ini juga sedang dikembangkan budi daya sapi perah, bekerja sama dengan PT Nestle. Hasilnya, populasi sapi perah pada 2012 sebanyak 1.200 ekor dengan produksi susu hingga 90 ribu liter per bulan. Sapi perah lokal diambil dari Malang dan Pasuruan.
Kendati begitu, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi tetap berharap agar pemerintah pusat membuka keran impor sapi. Menurut Heru, awal 2012 lalu, pemerintah Banyuwangi telah mengajukan surat kepada Menteri Pertanian agar Banyuwangi diizinkan mengimpor 300 ekor sapi perah dari Kanada seharga Rp 60 juta per ekor.
Heru menjelaskan, impor sapi dari Kanada bertujuan mendukung budi daya sapi perah di seluruh kecamatan di Banyuwangi. Kanada dipilih karena kualitas sapinya dianggap terbaik. Namun Kementerian Pertanian menolaknya setelah merebak penyakit sapi gila (mad cow) di Amerika Serikat.
sumber: TEMPO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar