Minggu, 22 Januari 2012

Berkaca pada Negara Kecil yang sudah Mendunia

0 komentar

Indonesia yang secara geografis dilintasi oleh garis khatulistiwa yang memiliki iklim tropis dengan dua musim dan mempunyai keseimbangan antara wilayah daratan maupun lautannya membuat Tanah Air kita ini menyimpan banyak kekayaan alam. Namun hal tersebut tidak diimbangi kuliatas sumber daya manusia yang kuantitasnya terus meningkat. Dengan investasi sumber daya alam yang belum tentu dimiliki oleh negara lain ini akan lebih baik dimanfaatkan untuk memenuhi upaya peningkatan kualitas kehidupan masyarakat apabila diolah dengan optimal dan tepat guna. 

Salah satunya adalah terpenuhinya nutrisi untuk membentuk generasi bangsa yang berkualitas melalui asupan gizi pada bahan pangan. Salah satu jenis nutrisi yang berperan dalam pembentukan jaringan baru, perkembangan daya pikir, pergantian jaringan yang usang/rusak dan pembentukan formasi tubuh manusia adalah Protein. Protein dapat berasal dari tumbuhan, yang dikenal sebagai Protein Nabati dan protein yang berasal dari hewan, dikenal dengan nama Protein Hewani. Contoh sumber protein hewani adalah daging dan susu. Penduduk Indonesia yang berjumlah lebih dari 200 juta jiwa menyebabkan terjadinya lonjakan permintaan yang cukup signifikan akan daging dan ternak sapi merupakan penyedia protein hewani asal daging yang cukup potensial. Ternak sapi bagi masyarakat Indonesia sudah menjadi kegiatan yang mendarah daging dan membumi, kultur yang mengakar, benda yang memiliki banyak hikmah karena memang daratan di Indonesia cukup potensial untuk usaha pertanian dan peternakan. Mulai dari penghasil daging dan susu, sumber tenaga kerja untuk membajak sawah atau menggiling bahan pangan, sumber tenaga angkut pedati atau angkutan barang, sarana ritual, tabungan hidup dan nilai kekayaan yang bernilai gengsi. Meskipun sudah banyak usaha peternakan yang berkembang. Namun hasil produksi dari segi kuantitas dan kualitas dinilai masih kurang untuk memenuhi permintaan pasar lokal, bahkan kita harus impor untuk  mencukupinya. Sebagian besar daging dan 70% susu yang beredar di pasaran adalah hasil impor. 

Salah satu importir daging dan susu terbesar kita adalah Selandia Baru. Selandia Baru merupakan Negara Petani dan Peternak nomor dua dari 195 negara sedunia. Kesuksesannya semata-semata karena sadar dan cinta akan potensi yang dimilikinya. Dengan kondisi geografis yang mirip dengan Indonesia. Hijau di musim semi dan panas, coklat selama musim di¬ngin dan musim gugur. Selandia Baru yang di manca negara di kenal sebagai New Zealand, merupakan contoh nyata salah satu negara yang berhasil memajukan kehidupan petani dan peternak. Selandia Baru juga sukses mengolah berbagai industri yang berkaitan dengan pertanian, peternakan, perkebunan dan perikanan. Dengan luas wilayah yang jauh lebih kecil dari Indonesia yaitu 268,680 km2. Negara ini terbagi menjadi dua pulau yaitu Utara dan Selatan dengan bentuk permukaan yang menyerupai pulau Sulawesi dan Jawa. Selandia Baru merupakan negara maju dengan kontribusi hasil pertanian, perternakan dan perkebunan sebesar 4,3% dari total Produk Domestik Bruto per kapita. Jika diteliti lebih lanjut persentase tersebut terlihat kecil, namun yang mengagumkan, jika dilihat dari persentase komoditi ekspor, produk-produk hasil agrikultur; termasuk pertanian, per ikanan, perkebunan merupakan kekuatan utama dalam mendatangkan devisa. Hampir 50% komoditas ekspor Selandia Baru berasal dari industri agrikultur  yang diekspor ke negara-negara tetangga se¬perti Australia, Amerika, China, Jepang, Inggris dan tetntu saja Indonesia. 

Produksi hasil agrikultur, baik perikanan, pertanian dan perkebunan yang merupakan standar ekspor tidak dipasarkan di dalam negeri. Yang ada di dalam negeri hanyalah sisa-sisa produksi hasil tani yang tidak memenuhi syarat untuk konsumsi lokal. Bagaimana dengan produksi yang memenuhi standar ekspor? Jika berkunjung ke supermarket besar di kota-kota perdagangan di wilayah Indonesia, mungkin akan menemukan berbagai produk susu, mentega dan daging impor yang berasal dari negara ini, sebagaimana negara-negara tetangga yang merupakan mitra perdagangan Selandia Baru. 
       
Kawat listrik, motor 4 roda dan anjing gembala
Sejak tahun 2000 terjadi peningkatan yang cukup signifikan terhadap penggunaan lahan untuk peternakan domba.  Sepanjang perjalanan dari titik pa¬ling Utara menuju titik Selatan. Di pulau Utara, dapat dilihat betapa banyaknya lahan yang dipagari dan digunakan untuk menggembalakan domba, biri-biri dan sapi potong. Hewan-hewan yang diternakan di Selandia Baru tidak terbatas pada sapi potong, domba dan biri-biri saja, tapi juga rusa dan burung unta dan sapi perah yang bisa ditemukan di pulau Selatan, dan ayam potong free range, di seluruh wilayah Selandia Baru. 

Para peternak bekerja sepanjang hari selama setahun dan libur hanya pada Hari Raya Natal dan Paskah, Hari Buruh, dan Ulang Tahun Ratu Inggris, karena Selandia Baru merupakan negara persemakmuran Inggris. Jika dibandingkan dengan Indonesia, Selandia Baru hanya mempunyai empat hari libur. Bayangkan ketekunan dan kerja keras para peternak, disaat musim panas dan saat turunnya salju di musim dingin, dengan sarana dan infrastruktur yang tepat didukung dengan kebijaksanaan dari pemerintah, industri peternakan domba, sapi dan biri-biri maju pesat. Populasi domba di Selandia Baru sendiri melebihi populasi manusia yang hidup di negara ini, sebagai perban¬dingan pesatnya laju industri tersebut, dari survey pada tahun 2007 oleh Departmen Pertanian setempat, jumlah domba dan biri-biri adalah 12 kali populasi manusia yang hidup di Selandia Baru, (51, 839,184  domba > 4, 319, 932 manusia). 

Metode peternakan untuk biri - biri, sapi potong maupun sapi perah tidak jauh berbeda dengan peternak sapi di Nusa Tenggara Barat (NTB), yaitu dengan cara penggembalaan di padang rumput yang dimiliki oleh peternak yang dikelilingi oleh kawat yang dialiri listrik tegangan rendah. Lahan tersebut dibagi menjadi beberapa petak, sapi dan biri-biri tersebut digembalakan di petak subur yang ditumbuhi rumput sebagai makanan utama, diselingi dengan sesekali jagung yang sudah dicacah dengan mesin chopper. Sapi dan biri-biri tersebut jarang sekali dikandangkan, walaupun di musim dingin yang temperaturnya mencapai 5 Celcius. Gembala yang rajin memindahkan ternak dari satu petak ke petak lain dibantu peralatan penunjang dan anjing gembala, agar siklus tumbuhnya rumput di tiap petak terjaga dengan baik. Hasil utama industri peternakan Selandia Baru terdiri dari, daging  berkualitas, bahan wol dari bulu domba, mentega, margarin, telur ayam free range, susu perah dan keju.

Dengan demikian Selandia Baru patut menjadi cerminan yang baik untuk memajukan sektor pertanian dan peternakan di Indonesia. Dengan mengoptimalkan kekayaan sumber daya alam dan tenaga manusia yang kita miliki serta banyak persamaan antara kita dengan Selandia Baru adalah salah satu alasan kita juga bisa menjadi negara yang mendunia. Adanya kerjasama ekspor-impor daging, susu, ataupun ternak yang sudah terjalin tidak menutup kemungkinan akan menjadi kerjasama di bidang yang lain seperti pelatihan keterampilan dan pendidikan yang berorientasi agar Indonesia tidak hanya menjadi target pasar saja melainkan dari hasil kerjasama tersebut dapat mencetak generasi bangsa berkualitas yang dapat mengembangkan industri pertanian dan peternakan dalam negeri.(homp)

sumber :
http://industri.kontan.co.id/news/apindo-jangan-sampai-indonesia-hanya-jadi-pasar-
http://bangkittani.com/pertanian-internasional/belajar-dari-kesuksesan-negara-selandia-baru/
http://ekabees.wordpress.com/2011/10/17/memandirikan-protein-hewani/
http://kammifapetundip.com/?p=478


Tidak ada komentar:

Posting Komentar