Senin, 04 Maret 2013

DairyPro : Heat Stress

0 komentar

Pada tanggal 2 Maret 2013,di Gedung Koperasi Susu Indonesia daerah Karang Ploso beberapa anggota KERTAS mengikuti workshop bersama DairyPro. Adapun anggota yang ikut antara lain : Habyb Palyoga (2010),Adhika Rifki Pangestika (2010),Istiana Hidayati (2010),Buyung Yahya (2011) dan Wahyu (2011).

DairyPro yang diketuai oleh drh. Deddy merupakan suatu komunitas bagi para peternak-peternak khususnya ternak sapi perah untuk berkonsultasi antara satu sama lain,dan inipun membahas kasus-kasus yang biasa di alami di lingkungan peternakan sehari-hari.

Topik yang menjadi obrolan hangat diantara peserta adalah masalah heat stress. Heat stress merupakan kondisi hewan menjadi tidak nyaman (stress) akibat gagalnya pertahanan tubuh ternak untuk menyetabilkan suhu dalam tubuhnya akibat suhu lingkungan terlalu ekstrim baik panas maupun terlalu dingin.

Materi yang disampaikan oleh drh. Heru (GM Greenfield) mengangkat antusias beberapa peternak yang hadir serta beberapa dokter hewan yang turut diundang dalam diskusi sekaligus workshop ini.

Adapun penjelasan dokter Heru sebagai berikut :

Secara fisiologis sapi mempunyai tata cara sendiri mengatasi lingkungan,namun jika terlalu tinggi atau rendah sapi tidak akan mampu mengendalikannya. Sehingga cuaca yang ekstrim akan membuat sapi stress.

Adapun tanda-tanda terjadinya heat stress antara lain : (pada sapi)

  • Pernafasan lebih dari 60 kali per menit
  • Mencari ruangan yang lebih teduh
  • Tidak mau berbaring
  • Intake pakan menurun
  • Bergerombol disekitar tempat minum
  • Memainkan air agar percikan mengenai tubuh
  • Gelisah agitasi
  • Pergerakan rumen menurun
  • Bergerombol dan mencari naungan dari temannya
  • Nafas dengan mulut terbuka
  • Ngiler berlebihan
  • Ambruk
  • Kejang koma
  • Dan bisa menyebabkan kematian

Adapun salah satu efek yang bisa ditimbulkan akibat heat stress antara lain : Asidosis. Prosesnyapun bisa digambarkan sebagai berikut :

Pada saat panting,maka CO2 akan dikeluarkan sehingga pembentukan karbonat terganggu. Hal ini akan menyebabkan pH di rumen menjadi asam sehingga asidosis terjadi. Jikalau hal itu terjadi maka akan berpengaruh pada produksi sapi yang terganggu.

Pada kasus asidosi rumen akan mengeluarkan zat yang membuat penyempitan pembuluh darah sehingga pembuluh darah kecil akan terputus,salah satunya pada kuku. Maka pada kuku akan terjadi kematian jaringan dan kestabilan kuku akan terganggu sehingga menjadi pincang. Kasus ini biasa disebut laminitis.

Pada tingkat lebih lanjut,asidosis akan berefek pada detoksifikasi pada hati dan masalah di reproduksi hewan tersebut karena pengaruh asam didalam tubuh. Dll

Rangkaian penyakit ini bisa disebut juga dengan istilah White line diseases yaitu diawali dengan stress kemudian berefek kepada penyakit-penyakit yang telah disampaikan di atas tadi.

Dokter herupun menyampaikan cara mengelola heat stress antara lain ; melindunggi hewan dari radiasi langsung sinar matahari,mengdandangkan sapi saat panas,memberi naungan bagi sapi seperti pohon dan melindungi pakan dari sinar matahari langsung.

Kalau bisa juga melakukan modifikasi lingkungan seperti memperbaiki aliran udara kandang,membuat semprotan air,kipas angin dan aliran udara yang bagus. Dan tidak lupa penyesuaian pakan dan mineral harus diperhatikan juga.

Selain itu,topik yang hangat dibahas adalah bagaimana cara mengatur ransum yang baik dan benar. Hal inipun menjadi perdebatan hangat antara peternak,dokter hewan dan pemateri. Dimana,ransum yang disampaikan pemateri masih dalam konteks hal baru bagi peternak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar