Penyakit Jembrana merupakan penyakit menular akut pada sapi Bali yang disebabkan oleh Retrovirus, keluarga lentivirinae yang termasuk dalam famili retroviridae, ditandai dengan berbagai gejala seperti depresi, anoreksia, demam, perdarahan ekstensif di bawah kulit, dan kebengkakan kelenjar limfe, terutama limfoglandula prefemoralis dan preskapularis serta adanya diare berdarah, ditemukan juga pada banyak kasus penyakit yang disertai perdarahan kulit, sehingga penyakit ini juga disebut sebagai penyakit keringat darah. Sejauh ini Penyakit Jembrana (JD) hanya terkenal di Indonesia dan hanya menyerang sapi bali. Wabah pertama terjadi tahun 1964 – 1967 dikabupaten Jembrana, Gianyar, Klungkung, Badung, Tabanan, dan Buleleng adalah wabah terbesar. Daerah yang pernah melaporkan adanya wabah akan menjadi daerah enzootic yang mengalami kasus sporadik sepanjang tahun.
Penyakit jembrana (JD) hanya menyerang sapi Bali, sebegitu jauh penyakit jembrana tidak ditemui pada rumpun sapi yang lain. Sapi yang terserang berumur lebih dari 1 tahun dan yang terbanyak 4 – 6 tahun dan jenis kelamin tidak mempengaruhi kejadian penyakit ini. Penelitian tentang penyebab penyakit jembrana masih terus dilanjutkan, dengan cara pelacakan susunan DNA untuk membuktikan bahwa virus jembrana adalah virus baru dari grup Lentiviridae. Penemuan tentang virus penyebab jembrana ini menarik perhatian dunia dikarenakan virus penyebab penyakit ini satu kelompok dengan virus HIV penyebab AIDS pada manusia. ada banyak bukti yang menunjang bahwa virus jembrana merupakan virus yang menyebabkan imunodefisiensi pada khususnya sapi bali.
Ternak yang terserang penyakit jembrana menunjukkan kenaikan suhu badan yang tinggi, berkisar antara 40-42 derajat C, disertai dengan kelesuan dan kehilangan nafsu makan. Tanda tersebut disusul dengan pengeluaran ingus yang berlebihan, lakrimasi dan hipersalivasi. Pada awalnya ingus bersifat encer dan bening, akan tetapi lambat laun ingus tersebut berubah menjadi kental seperti cairan mukosa. Gejala selanjutnya adalah pembengkakan dan pembesaran kelenjar limfe superfisial. salah satu gejala yang mencolok pada hewan yang menderita penyakit ini adalah berkeringat darah. Keadaan ini biasanya terlihat sewaktu dan setelah demam, dan berlangsung 2-3 hari lamanya. kira kira 7% hewan yang bersuhu badan 41 derajat Celcius menunjukkan gejala tersebut. Gejala ini terutama ditemukan di daerah panggul, punngung, perut dan skrotum. Keringat yang encer, seperti air dan berwarna merah seperti darah bilamana masih segar, dan menetes dari permukaan kulit melalui sepanjang bulu rambut.bila keringat menempel pada batang rambut sebagai kerak berbintil bintil dan tidak lepas bila diusap dengan tangan.
Diagnosa yang dilakukan yaitu dengan pengambilan dan pengiriman sample: bahan pemeriksaan laboratorium : limfa, kelenjar limfe, hati, ginjal, adrenal dan darah; untuk bahan isolasi : limfa dan kelenjar limfe dikirim dalam termos berisi dry ice dan pengiriman dilakukan secepat mungkin; untuk preparat histopatologik : kelenjar limfe, limfa hati, ginjal, adrenal otak dikirim dalam formalin 10 %. Diagnosa laboratorium yaitu dengan pewarnaan giemza terlihat intra sitoplasmik bergerombol atau satu – satu berwarna coklat kehitaman, berbentuk coccoid, diplococcoid atau batang; isolasi dilakukan dengan penyuntikan intra peritoneal pada mencit atau marmot jantan atau inokulasi telur bertunas secara intra kuning telur atau pada biakan cell; pemeriksaan secara histopatologik ditemukan kerusakan endotel dan proliferasi epitel pembuluh darah, perivaskular cuffing pada otak tidak ada; pemeriksaan secara virologic diberi antibiotic kemudian disuntikkan pada kantong kuning telur dari telur bertunas berumur 5 – 6 hari atau pada sapi rentan atau pada biakan cell. Diagnosa banding yang dilakukakn yaitu Coryza dan Rinderpest; SE dan Piroplasmosis (rrw).
Referensi:
http://www.vet-klinik.com/Peternakan/Penyakit-Jembrana.html
http://www.pojok-vet.com/Peternakan/penyakit-jembrana-pada-ternak.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar