Perjalanan makanan yang datang dari oesophagus sebagian masuk ke dalam rumen dan sebagian lagi masuk ke dalam retikulum. Konsentrat dan makan halus umumnya masuk ke dalam rumen karena berat. Selain itu udara dan makanan ringan akan masuk ke dalam rumen. Banyak kasus yang terjadi terdapat luka pada retikulum karena paku atau benda tajam lain yang termakan dan melukai bahkan tembus ke dalam rumen. Kasus tersebut sering disebut dengan retikulitis yang merupakan peradangan pada retikulum. Sedangkan yang perlu kita tahu yaitu perikarditis traumatika yang merupakan peradangan pada perikardium yang disebabkan oleh tertusuknya retikulum (lambung jala) oleh benda tajam yang mengarah ke kranial (depan) berlanjut menembus peritoneum, diafragma, pleura, dan kemudian dapat menembus perikardium (kantung jantung). Benda tajam yang menembus perikardium tidak dapat dicerna oleh pencernaan seperti potongan kawat, paku besi, kaca, serpihan logam dan lain-lain. Proses peradangan pada perikardium selalu diikuti dengan infeksi kuman-kuman pembusuk. Perikarditis ditandai dengan gejala gangguan sirkulasi dan pernafasaan yang berlangsung progresif, dan disertai terbentuknya oedema yang ekstensif. Jika proses ini berjalan dalam waktu yang lama penderita akan kehilangan berat badan sehingga terjadi kaheksia (kurus). Dari hewan yang menderita penyakit ini dapat diisolasi kuman-kuman pembusuk dari cairan perikardium terutama Fusobacterium necrophorum, yang mana bakteri ini banyak terdapat dalam rumen (Subronto, 1995).
Sebagian gejala klinis yang ditunjukkan menurut Karreman (2003) bahwa hewan yang menderita nafsu makan turun/tidak mau makan, produksi susu turun/ bahkan sampai berhenti, demam, hewan menjari tempat dingin (jerami kering), punggung dibungkukan, kulit bagian punggung dicubit punggung akan dibungkukan karena menahan sakit didaerah dadadan oedema. Dalam pengamatan (inspeksi) akan terlihat bahwa penderita melebarkan jarak antar kaki depan (abduksi). Pada kasus yang berlangsung lama (kronis) rasa sakit sudah menurun, tetapi hewan penderita menjadi kurus dan lemah. Adanya oedema tergantung beratnya proses peradangan, oedema dapat diamati pada rahang bawah, leher/gelambir, perut bagian bawah, ambing pada hewan betina, dan scrotum pada hewan jantan. Kadang karena oedema pada leher sangat sulit untuk membengkokan kepalanya. Hewan terlihat malas untuk bergerak dan bayak berdiri.
Pencegahan yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan pakan hijauan dari benda-benda tajam pada saat pengambilan hijauan dan sebelum diberikan pada hewan. Selain itu, pencegahan yang lain hewan dijauhkan dari daerah kontruksi dan selalu dimonitor secara rutin. Hewan Di negara-negara maju, pencegahan dilakukan pada sapi-sapi perah diberi satu atau lebih batang magnit, yang berukuran 7,5 cm x 1-2,5 cm dengan maksud untuk menangkap logam-logam yang termakan oleh sapi. Menurut Andrea et. al., (2003) bahwa pencegahan yang efektif dilakukan pada sapi umur satu tahun sudah diberi batang magnet di retikulumnya. Batang magnet dimasukan lewat mulut dan biasanya tidak langsung ke retikulum tetapi di rumen. Magnet ini akan mengikuti gerakan kontaksi rumen dan masuk ke retikulum (rrw).
Sumber:
Soeharsono. 2010. Fisiologi Ternak. Bandung: Widya Padjajaran.
http://duniaveteriner.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar