Kamis, 29 Desember 2011

TUJUH KEAJAIBAN SAPI BALI

2 komentar
Ronny Rachman Noor*)


Apabila anda berkesempatan mengunjungi  Museum ternak tertua Eropa yang terletak  di Universitas Martin Luther di kota Halle, Jerman, anda akan dapat melihat  photo sapi Bali yang terpampang gagah  di salah satu dinding  yang photonya  dibuat tahun 1827.  Di Jerman, Universitas ini merupakan salah satu universitas  yang tergolong tua, karena Martin Luther lah yang mendirikannya bersamaan dengan  dibangunnya kota Wittenberg sebagai pusat penyebaran ideologi Martin Luther.  


Ada suatu kebanggaan tersendiri bagi kita  sebagai  “pemilik” sapi Bali dengan  sudah tersohornya sapi Bali di era tersebut.  Betapa tidak, era tersebut   merupakan  era perang Diponegoro, dimana bangsa kita masih berjuang melawan  Belanda.  Disisi lain tentunya ilmuwan Eropa pada saat itu sudah  mengidentifikasi bahwa sapi Bali ini memang unik dan patut dipertimbangkan  sebagai salah satu bangsa Sapi unik di dunia.  Pada saat ini,  Sapi Bali tidak  saja dikenal sebagai sapi Kebanggaan Bangsa Indonesia, akan tetapi juga sudah   merupakan  milik  dunia yang harus dilestarikan.

Berdasarkan hasil penelitian intensif paling tidak ada tujuh “keajaiban” sapi  Bali yang perlu kita ketahui:

1.  Dapat bertahan pada kondisi lingkungan marjinal dengan  kualitas pakan  yang rendah dan memiliki persentasi karkas tertinggi.

Tidak banyak bangsa sapi lain di dunia yang memiliki kemampuan seperti sapi Bali  ini.  Pada kondisi yang marjinal sekalipun, sapi Bali masih dapat bertahan  hidup, bereproduksi dan  menghasilkan daging dengan kualitas tinggi.  Persentase  karkasnya mungkin yang tertinggi didunia.  Di lingkungan marjinal seperti di  daerah transmigrasi di Kalimantan Tengah misalnya, sapi Bali dapat dengan mudah  merubah pola pakannya dari  rumput-rumputan  ke pakis-pakisan yang banyak  terdapat di daerah rawa.  Dengan kemampuan seperti ini  sapi  Bali  dapat  bertahan dengan baik di daerah transmigrasi.  Di lain pihak sapi lain seperti  Sapi PO (Peranakan Ongole) tidak dapat bertahan dalam kondisi dimana rumput  tidak tersedia.

2.  Salah satu dari sedkit bangsa sapi di dunia yang warna kaki bagian  bawah dan daerah seputar pantatnya berwarna  putih

Warna sapi Bali sangat unik dan menarik.  Baik sapi jantan mapun sapi betina  memiliki warna putih di kaki bagian paling bawah  (seperti kaos kaki putih) dan  bagian pantatnya, sedangkan warna bagian tubuh lainnya adalah merah bata  (betina) dan merah kehitaman (jantan).  Pemunculan pola warna seperti ini  dikontrol oleh gen pengatur pola warna yang hanya terdapat pada sapi Bali.

3.  Satu-satunya sapi domestik yang warna jantan dan betinanya sama pada saat  lahir tapi berbeda pada saat dewasa kelamin

Pada saat lahir sampai menjelang dewasa kelamin, sapi Bali jantan dan betina  memiliki pola warna dan warna yang sama, yaitu merah bata dengan bagian kaki  bawah dan daerah  sekitar pantat yang berwarna putih.  Setelah memasuki  masa  dewasa kelamin, sapi jantan berubah warnanya menjadi merah kehitaman dengan  ujung kaki dan pantat tetap berwarna putih.  Perubahan warna ini disebabkan oleh  mulai aktifnya hormon jantan.  Dalam istilah genetika fenomena ini dikenal  sebagai ”sexual dimorphism”  yaitu suatu keadaan dimana kita dapat membedakan  dengan jelas antara jantan dengan betina karena adanya perbedaan yang mencolok,  baik dari segi warna maupun ukurannya.

4. Satu-satunya sapi domestikasi yang nenek moyangnya masih hidup

Berdasarkan  hasil penelitian yang intensif, sampai saat ini belum ada satu  penelitian yang dapat menggugurkan teori yang menyatakan  bahwa sapi Bali  merupakan keturunan langsung dari Banteng yang pada saat ini masih hidup dan  dapat kita jumpai  di Taman Nasional di Ujung Kulon dan Baluran.  Kebanyakan  bangsa sapi di dunia, nenek moyangnya sudah punah.  Kodisi sapi Bali yang  unik   ini membuka peluang bagi pembuktian teori evolusi dan sejarah domestikasi  ternak.  Karena keunikannya ini, maka sapi Bali menurut taksonomi digolongkan  sebagai bangsa sapi tersendiri, yaitu Bos sondaicus  atau Bos javanicus   yang  berbeda dengan Bos taurus (sapi Eropa) dan Bos indicus (sapi Asia Timur).   Sedangkan Banteng pun digolongkan sebagai bangsa sapi tersendiri, yaitu Bos  banteng

5.    Satu-satunya sapi di dunia yang memiliki pita haemplobin ? bali X sebagai  penciri khasnya

Keunikan sapi Bali ini telah banyak diteliti oleh peneliti Indonesia dan  Jepang.  Salah satu hasil yang paling menonjol adalah keunikan haemoglobin  darahnya jika dibandingkan dengan bangsa sapi lain di dunia, karena hanya sapi  Bali yang memiliki jenis haemoglobin ?Bali 

6.  Satu-satunya sapi yang memiliki penanda  HEL9 dan  INRA35 DNA mikrosatelit  sebagi penciri khas bangsanya

Disamping pita haemoglobin ?Bali  yang khas, berdasarkan hasil analisa DNA sapi  Bali, sapi Bali juga memiliki penciri khusus yang tidak dimiliki oleh bangsa  sapi lain di dunia, yaitu marker DNA mikrosatelit HEL9 dan INRA035.  Hasil  analisa DNA ini menegaskan kembali bahwa sapi Bali ini merupakan Bangsa sapi  yang sangat unik.


7. Satu-satunya bangsa sapi yang memiliki penyakit khusus, yaitu Jembrana

Keunikan sapi Bali ini kembali ditegaskan dengan adanya penyakit khas yang hanya  menyerang sapi Bali, yaitu penyakit Jembrana.  Penyakit ini dicirikan dengan  pendarahan yang akut dan menyebabkan kematian.  Sampai saat ini belum ditemukan  cara pengobatan yang tepat  untuk mengatasi penyakit ini, akan tetapi untungnya  kejadian penyakit ini sangat jarang dan dapat dicegah dengan cara memperbaiki  manajemen pemiliharaan. 


Berdasarkan keunggulan sapi Bali tersebut, sudah jelas bahwa sapi Bali ini  merupakan warisan nenek moyang kita yang sangat berharga.  Sapi Bali tidak saja  merupakan bangsa sapi yang unik di dunia, akan tetapi dapat juga  dijadikan  andalan dalam pemenuhan kebutuhan daging nasional.  Kualitas daging sapi Bali  yang rendah kadar lemak dan kolesterolnya dibandingkan dengan bangsa sapi lain,  menjadikan daging sapi Bali ramah bagi kesehatan kita.  Disamping itu daging  sapi Bali ini sangat cocok dengan resep masakan tradisional.  

Sayangnya kebanggaan seperti ini  tidak dimiliki oleh sebagaian pihak pengambil  keputusan.  Sebagai contoh  dalam lima tahun terakhir, ratusan sapi Bali bibit  baik betina maupun jantan telah diekspor ke Malaysia dengan alasan yang sangat  sederhana, yaitu ingin mendapatkan dollar dan kebanggaan ”semu” bahwa kita telah  berhasil mengekspor sapi ke luar negeri . Padahal kondisi yang sesunguhnya  adalah kita masih kekurangan  daging dan harus mengimpor dalam jumlah yang  sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging nasional.   Disamping itu ribuan  dosis semen beku sapi Bali  telah  diekspor.  


Beberapa waktu yang lalu penulis mendapat kesempatan melihat-lihat sapi Bali  tersebut di Malaysia.  Rasanya harga diri ini terkoyak, sebab dengan manajemen  yang baik sapi-sapi ini dapat berkembang lebih baik  jika dibandingkan dengan  sapi Bali yang kita perlihara.  Apabila hal ini terus dibiarkan, maka dalam  kurun waktu 20 tahun ke depan mungkin kita harus mengimpor sapi Bali dari  Malaysia untuk memenuhi kebutuhan daging nasional. 


Ditinjau dari segi konservasi dan strategi bisnis nasional, semua negara yang  menggantungkan perekonomiannya pada peternakan tidak akan  pernah mengekspor  sapi bibit murni yang dimilikinya ke negara lain.  Sapi  hidup yang diekspor  pada umumnya bukan sapi bibit, melainkan sapi yang khusus untuk dipotong.

Beberapa waktu  yang lalu Pemerintah Daerah Propinsi Bali yang telah membuat  Surat Keputusan bahwa sapi Bali merupakan sapi yang dilindungi dan perlu dijaga  kelestariannya.  Tindakan ini  perlu kita acungkan jempol, sebab   langkah  konkrit seperti ini merupakan salah satu bentuk konservasi yang dikaitkan dengan  budaya setempat yang sangat dianjurkan oleh FAO.

Kebanggaan kita sebagai ”pemilik” sapi Bali akan segera sirna apabila kita tidak  dapat memelihara, mengembangkannya  serta melestarikan warisan ini dengan baik.   Jangan sampai suatu saat nanti kita  mengatakan ”...Cucuku, dulu waktu kakek  masih kecil sapi Bali ini banyak berkeliaran disini, sekarang .......... kita  harus pergi ke negara lain  untuk sekedar melihatnya.....”.

*) Guru Besar Pemuliaan dan Genetika FAPET IPB

Sumber : 
http://lppm.ipb.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1639:tujuh-keajaiban-sapi-bali&catid=38:warta-iptek&Itemid=50

2 komentar:

Posting Komentar