Ronny Rachman Noor*)
Apabila anda berkesempatan mengunjungi Museum ternak tertua Eropa yang terletak di Universitas Martin Luther di kota Halle, Jerman, anda akan dapat melihat photo sapi Bali yang terpampang gagah di salah satu dinding yang photonya dibuat tahun 1827. Di Jerman, Universitas ini merupakan salah satu universitas yang tergolong tua, karena Martin Luther lah yang mendirikannya bersamaan dengan dibangunnya kota Wittenberg sebagai pusat penyebaran ideologi Martin Luther.
Ada suatu kebanggaan tersendiri bagi kita sebagai “pemilik” sapi Bali dengan sudah tersohornya sapi Bali di era tersebut. Betapa tidak, era tersebut merupakan era perang Diponegoro, dimana bangsa kita masih berjuang melawan Belanda. Disisi lain tentunya ilmuwan Eropa pada saat itu sudah mengidentifikasi bahwa sapi Bali ini memang unik dan patut dipertimbangkan sebagai salah satu bangsa Sapi unik di dunia. Pada saat ini, Sapi Bali tidak saja dikenal sebagai sapi Kebanggaan Bangsa Indonesia, akan tetapi juga sudah merupakan milik dunia yang harus dilestarikan.
Berdasarkan hasil penelitian intensif paling tidak ada tujuh “keajaiban” sapi Bali yang perlu kita ketahui:
1. Dapat bertahan pada kondisi lingkungan marjinal dengan kualitas pakan yang rendah dan memiliki persentasi karkas tertinggi.
Tidak banyak bangsa sapi lain di dunia yang memiliki kemampuan seperti sapi Bali ini. Pada kondisi yang marjinal sekalipun, sapi Bali masih dapat bertahan hidup, bereproduksi dan menghasilkan daging dengan kualitas tinggi. Persentase karkasnya mungkin yang tertinggi didunia. Di lingkungan marjinal seperti di daerah transmigrasi di Kalimantan Tengah misalnya, sapi Bali dapat dengan mudah merubah pola pakannya dari rumput-rumputan ke pakis-pakisan yang banyak terdapat di daerah rawa. Dengan kemampuan seperti ini sapi Bali dapat bertahan dengan baik di daerah transmigrasi. Di lain pihak sapi lain seperti Sapi PO (Peranakan Ongole) tidak dapat bertahan dalam kondisi dimana rumput tidak tersedia.
2. Salah satu dari sedkit bangsa sapi di dunia yang warna kaki bagian bawah dan daerah seputar pantatnya berwarna putih
Warna sapi Bali sangat unik dan menarik. Baik sapi jantan mapun sapi betina memiliki warna putih di kaki bagian paling bawah (seperti kaos kaki putih) dan bagian pantatnya, sedangkan warna bagian tubuh lainnya adalah merah bata (betina) dan merah kehitaman (jantan). Pemunculan pola warna seperti ini dikontrol oleh gen pengatur pola warna yang hanya terdapat pada sapi Bali.
3. Satu-satunya sapi domestik yang warna jantan dan betinanya sama pada saat lahir tapi berbeda pada saat dewasa kelamin
Pada saat lahir sampai menjelang dewasa kelamin, sapi Bali jantan dan betina memiliki pola warna dan warna yang sama, yaitu merah bata dengan bagian kaki bawah dan daerah sekitar pantat yang berwarna putih. Setelah memasuki masa dewasa kelamin, sapi jantan berubah warnanya menjadi merah kehitaman dengan ujung kaki dan pantat tetap berwarna putih. Perubahan warna ini disebabkan oleh mulai aktifnya hormon jantan. Dalam istilah genetika fenomena ini dikenal sebagai ”sexual dimorphism” yaitu suatu keadaan dimana kita dapat membedakan dengan jelas antara jantan dengan betina karena adanya perbedaan yang mencolok, baik dari segi warna maupun ukurannya.
4. Satu-satunya sapi domestikasi yang nenek moyangnya masih hidup
Berdasarkan hasil penelitian yang intensif, sampai saat ini belum ada satu penelitian yang dapat menggugurkan teori yang menyatakan bahwa sapi Bali merupakan keturunan langsung dari Banteng yang pada saat ini masih hidup dan dapat kita jumpai di Taman Nasional di Ujung Kulon dan Baluran. Kebanyakan bangsa sapi di dunia, nenek moyangnya sudah punah. Kodisi sapi Bali yang unik ini membuka peluang bagi pembuktian teori evolusi dan sejarah domestikasi ternak. Karena keunikannya ini, maka sapi Bali menurut taksonomi digolongkan sebagai bangsa sapi tersendiri, yaitu Bos sondaicus atau Bos javanicus yang berbeda dengan Bos taurus (sapi Eropa) dan Bos indicus (sapi Asia Timur). Sedangkan Banteng pun digolongkan sebagai bangsa sapi tersendiri, yaitu Bos banteng
5. Satu-satunya sapi di dunia yang memiliki pita haemplobin ? bali X sebagai penciri khasnya
Keunikan sapi Bali ini telah banyak diteliti oleh peneliti Indonesia dan Jepang. Salah satu hasil yang paling menonjol adalah keunikan haemoglobin darahnya jika dibandingkan dengan bangsa sapi lain di dunia, karena hanya sapi Bali yang memiliki jenis haemoglobin ?Bali
6. Satu-satunya sapi yang memiliki penanda HEL9 dan INRA35 DNA mikrosatelit sebagi penciri khas bangsanya
Disamping pita haemoglobin ?Bali yang khas, berdasarkan hasil analisa DNA sapi Bali, sapi Bali juga memiliki penciri khusus yang tidak dimiliki oleh bangsa sapi lain di dunia, yaitu marker DNA mikrosatelit HEL9 dan INRA035. Hasil analisa DNA ini menegaskan kembali bahwa sapi Bali ini merupakan Bangsa sapi yang sangat unik.
7. Satu-satunya bangsa sapi yang memiliki penyakit khusus, yaitu Jembrana
Keunikan sapi Bali ini kembali ditegaskan dengan adanya penyakit khas yang hanya menyerang sapi Bali, yaitu penyakit Jembrana. Penyakit ini dicirikan dengan pendarahan yang akut dan menyebabkan kematian. Sampai saat ini belum ditemukan cara pengobatan yang tepat untuk mengatasi penyakit ini, akan tetapi untungnya kejadian penyakit ini sangat jarang dan dapat dicegah dengan cara memperbaiki manajemen pemiliharaan.
Berdasarkan keunggulan sapi Bali tersebut, sudah jelas bahwa sapi Bali ini merupakan warisan nenek moyang kita yang sangat berharga. Sapi Bali tidak saja merupakan bangsa sapi yang unik di dunia, akan tetapi dapat juga dijadikan andalan dalam pemenuhan kebutuhan daging nasional. Kualitas daging sapi Bali yang rendah kadar lemak dan kolesterolnya dibandingkan dengan bangsa sapi lain, menjadikan daging sapi Bali ramah bagi kesehatan kita. Disamping itu daging sapi Bali ini sangat cocok dengan resep masakan tradisional.
Sayangnya kebanggaan seperti ini tidak dimiliki oleh sebagaian pihak pengambil keputusan. Sebagai contoh dalam lima tahun terakhir, ratusan sapi Bali bibit baik betina maupun jantan telah diekspor ke Malaysia dengan alasan yang sangat sederhana, yaitu ingin mendapatkan dollar dan kebanggaan ”semu” bahwa kita telah berhasil mengekspor sapi ke luar negeri . Padahal kondisi yang sesunguhnya adalah kita masih kekurangan daging dan harus mengimpor dalam jumlah yang sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging nasional. Disamping itu ribuan dosis semen beku sapi Bali telah diekspor.
Beberapa waktu yang lalu penulis mendapat kesempatan melihat-lihat sapi Bali tersebut di Malaysia. Rasanya harga diri ini terkoyak, sebab dengan manajemen yang baik sapi-sapi ini dapat berkembang lebih baik jika dibandingkan dengan sapi Bali yang kita perlihara. Apabila hal ini terus dibiarkan, maka dalam kurun waktu 20 tahun ke depan mungkin kita harus mengimpor sapi Bali dari Malaysia untuk memenuhi kebutuhan daging nasional.
Ditinjau dari segi konservasi dan strategi bisnis nasional, semua negara yang menggantungkan perekonomiannya pada peternakan tidak akan pernah mengekspor sapi bibit murni yang dimilikinya ke negara lain. Sapi hidup yang diekspor pada umumnya bukan sapi bibit, melainkan sapi yang khusus untuk dipotong.
Beberapa waktu yang lalu Pemerintah Daerah Propinsi Bali yang telah membuat Surat Keputusan bahwa sapi Bali merupakan sapi yang dilindungi dan perlu dijaga kelestariannya. Tindakan ini perlu kita acungkan jempol, sebab langkah konkrit seperti ini merupakan salah satu bentuk konservasi yang dikaitkan dengan budaya setempat yang sangat dianjurkan oleh FAO.
Kebanggaan kita sebagai ”pemilik” sapi Bali akan segera sirna apabila kita tidak dapat memelihara, mengembangkannya serta melestarikan warisan ini dengan baik. Jangan sampai suatu saat nanti kita mengatakan ”...Cucuku, dulu waktu kakek masih kecil sapi Bali ini banyak berkeliaran disini, sekarang .......... kita harus pergi ke negara lain untuk sekedar melihatnya.....”.
*) Guru Besar Pemuliaan dan Genetika FAPET IPB
Sumber :
http://lppm.ipb.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1639:tujuh-keajaiban-sapi-bali&catid=38:warta-iptek&Itemid=50